Mengenal Kebangkitan Nasional (Bagian 2) : Bangkitnya Nasionalisme Melalui Organisasi


2. Bangkitnya Nasionalisme Melalui Organisasi

Pergerakan nasional merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut satu fase dalam sejarah Indonesia. Pergerakan nasional merupakan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan dalam kurun 1908-1945. Tahun 1908 merupakan tahun awal dari pergerakan nasional karena pada tahun ini perjuangan rakyat Indonesia dilakukan dengan visi nasional dimana sebelum tahun 1908 semua pergerakan rakyat Indonesia masih bersifat kedaerahan atau sebatas perjuangan kelompok masing-masing.

Sejak tahun 1908 lahir banyak organisasi modern. Bangkitnya semangat nasionalisme mampu melahirkan kebangkitan nasional dimana tidak terlepas dari organisasi berikut.

a. Budi Utomo

Logo Organisasi Budi Utomo

Budi Utomo berdiri pada 20 Mei 1908. Merupakan organisasi pertama yang mempelopori bangkitnya nasionalisme. Diawali oleh kampanye dr. Wahidin Sudirohusodo berkeliling Jawa. Pada saat di Jakarta (Batavia) beliau berbicara di depan mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) mengenai kebutuhan mahasiswa bagi masyarakat pribumi agar bisa bersekolah.

Kampanye tersebut menggugah mahasiswa STOVIA yang dipimpin oleh Sutomo untuk mendirikan Budi Utomo. Budi Utomo oleh pemerintah kolonial Belanda disebut sebagai Het Schome Stroven, seperti bunga yang mekar di tengah masyarakat yang terbelakang, titik cerah untuk masyarakat terjajah.

Program utama dari organisasi ini adalah perbaikan pendidikan dan pengajaran. Jangkauan awal organisasi ini adalah Jawa dan Madura. Saat itu Budi Utomo memiliki tujuh cabang di beberapa kota, yaitu Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo. Budi Utomo mengadakan kongres pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Hasil dari kongres tersebut antara lain :
  • Budi Utomo tidak berpolitik.
  • Kegiatan Budi Utomo ditujukan pada bidang sosial, budaya, dan pendidikan.
  • Ruang gerak Budi Utomo terbatas pada daerah Jawa dan Madura.
  • Terpilihnya mantan Bupati Karanganyar bernama Titokusumo sebagai ketua Budi Utomo pusat.
Pada kongres kedua yang diadakan di Mataram, Yogyakarta tanggal 10-11 Oktober 1909, Budi Utomo menambahkan suatu asas perjuangan, yaitu ikut melaksanakan cita-cita bangsa Indonesia. Tindakan tersebut mencerminkan bahwa Budi Utomo ingin memperluas gerakannya, bukan hanya di Jawa dan Madura tetapi bagi persatuan Indonesia. Seiring berjalannya waktu, Budi Utomo berubah haluan kearah politik. Hal ini terbukti pada tahun 1915 dimana Budi Utomo ikut aktif dalam “Inlandsche Militie”. Hal ini membuat anggaran Pendidikan Budi Utomo dikurangi drastis oleh pemerintah.

Meskipun demikian, berdirinya Budi Utomo telah berhasil mendorong kemunculan organisasi pemuda seperti Trikoro Dharmo (Jong Java), Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Betawi, Jong Minahasa, Sekar Rukun, dan Pemuda Timor. Organisasi-organisasi inilah yang nantinya akan mendorong lahirnya Sumpah Pemuda.


b. Sarekat Islam

Logo Organisasi Sarekat Islam
Sarekat Dagang Islam (SDI) didirikan oleh H. Samanhudi di Surakarta pada 16 Oktober 1905. Orgaisasi ini merupakan organisasi pergerakan nasional dibidang perdagangan. Pendirian SDI dimaksudkan untuk merespon fenomena monopoli perekonomian yang dilakukan oleh para penjajah. selain itu, pendirian SDI juga bertujuan untuk melindungi para pedagang pribumi. Akan tetapi, kehadiran SDI ternyata menimbulkan konflik yang berkepanjangan dengan para penjajah, sehingga SDI dilarang oleh pemerintah Belanda.

Setelah berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada 1912, pertumbuhan SI sangatlah pesat. Organisasi yang dipimpin oleh Haji Oemar Said (H.O.S) Cokroaminoto ini merupakan organisasi terbuka dalam menerima anggota, tidak seperti organisasi Budi Utomo. Dampak pertumbuhan yang pesat ini membuat pemerintah Belanda mulai mengawasi pergerakan Sarekat Islam. Akhirnya pada Maret 1916 Gubernur Jendral Idenburg mengambil kebijakan hanya mengakui SI secara lokal untuk membatasi dan menghalangi perkembangan Sarekat Islam.

Akan tetapi, SI menyiasati kebijakan tersebut dengan mendirikan Central Sarekat Islam (CSI) pada tahun 1917 serta memasukkan dua tokoh intelektual seperti H. Agus Salim dan Abdul Muis

c. Indische Partij
Logo Organisasi Indische Partij

Indische Partij (IP) atau Partai Hindia adalah partai politik pertama di Hindia Belanda yang didirikan di Bandung pada 25 Desember 1912. Indische Partij didirikan oleh tiga orang tokoh bersejarah yang disebut Tiga Serangkai, yaitu E.F.E. Douwes Deker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Tujuan dibentuknya partai ini karena menginginkan adanya kerjasama antara orang indo (keturunan Belanda) dan orang pribumi. Kerjasama yang dilakukan memiliki tujuan sebagai berikut :
  1. Memberikan rasa patriotisme seluruh rakyat Indonesia terhadap Indonesia yang merupakan tanah airnya.
  2. Menerapkan kerjasama yang didasarkan pada persamaan ketatanegaraan.
  3. Memajukan tanah air Indonesia.
  4. Mempersiapkan kehidupan rakyat Indonesia sebagai rakyat yang merdeka. 
Untuk menimbulkan kerjasama antara orang Indo dengan pribumi, Indische Partij memiliki beberapa program kerja sebagai berikut :
  1. Menyerap cita-cita nasional Hindia (Indonesia)
  2. Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik dalam bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan.
  3. Memberantas berbagai usaha yang mengakibatkan kebencian antar agama.
  4. Memperbesar pengaruh pro Hindia di pemerintahan.
  5. Berusaha mendapatkan hak bagi semua orang Hindia.
  6. Dalam pengajaran, harus bertujuan bagi kepentingan ekonomi Hindia dan memperkuat ekonomi mereka yang lemah.
Setelah tiga serangkai membentuk Indische Partij, mereka Mencoba mendaftarkan status organisasi sebagai badan hukum ke pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi, upaya tersebut ditolak oleh Gubernur Jenderal Idenburg sebagai Wakil pemerintah Indonesia. Penolakan tersebut dilatarbelakangi oleh keberadaan organisasi Indische Partij yang dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat untuk menentang pemerintah Belanda.

d. Perhimpunan Indonesia
Logo Organisasi Perhimpunan Indonesia

Perhimpunan Indonesia pada awalnya berdiri dengan nama Indische Vereeniging. Pada tahun 1922 ketika nasionalisme Indonesia berkembang, Indische vereeniging mengubah namanya menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Perhimpunan Indonesia diprakarsai oleh Sultan Kasayangan dan R.N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di Leiden, Belanda. Saat kembali ke Indonesia, Perhimpunan Indonesia aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Kegiatan-kegiatan politik Perhimpunan Indonesia sangat menarik perhatian dunia internasional. Salah satu aksi yang paling dikenal adalah manifesto politik yang dikeluarkan pada 1925. Kegiatan tersebut membuat pemerintah Belanda merasa terancam akan keberadaan organisasi pergerakan nasional Indonesia tersebut. Persebaran manifesto politik dari berbagai media cetak dan jurnalisme mampu mempengaruhi organisasi pergerakan nasional di tanah air. Para pejuang kemerdekaan menjadi sadar bahwa mereka adalah satu meskipun berbeda suku, bangsa, dan agama. Kesadaran tersebut memunculkan lahirnya Sumpah Pemuda pada 1928.

e. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Logo Roganisasi Partai Nasional Indonesia

Partai Nasional Indonesia (PNI) merupakan salah satu organisasi pergerakan nasional yang didirikan di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 oleh pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club. PNI dipimpin oleh beberapa tokoh besar dengan Ir. Soekarno sebagai ketua.

Lahirnya PNI di latarbelakangi oleh situasi Sosio politik yang kompleks. PNI merupakan organisasi radikal yang ditandai dengan strategi non kooperatif, selfhelp dan marhaenisme. Organisasi ini dinilai sangat membahayakan Belanda, sehingga tokoh-tokohnya ditangkap dan dimasukkan penjara Sukamiskin. Mereka diadili karena dianggap mengancam ketertiban umum. Akibat permasalahan ini, PNI dibubarkan pada tanggal 25 April 1931.

Materi PPKn kelas 8 semester 2 Kurikulum 2013 Revisi 2018
Bagi yang ingin mendownload file pdf dari materi di atas, silahkan klik disini

Posting Komentar untuk "Mengenal Kebangkitan Nasional (Bagian 2) : Bangkitnya Nasionalisme Melalui Organisasi"